IBADAH ITU INDAH CINTA adalah IBADAH: artikel 2

Thursday, March 15, 2007

artikel 2

SDM Bermutu

oleh Ir. Muhibbullah Azfa Manik, MT pada 21/06/2005

Saat ini untuk memperoleh manusia Indonesia yang bermutu nampaknya bukan persoalan mudah. Ada tiga hal yang menyebabkannya tidak mudah.

Yang pertama, proses menjadi bermutunya masih sulit. Kita tentu mengetahui bagaimana anak-anak berbakat, anak-anak yang begitu pandai di kelas, malah sebagian besar masih terlantar. Aturan pendidikan yang berlaku saat ini seperti adanya batas usia minimum masuk sekolah, tidak boleh lompat kelas sebelum waktunya, terlalu padat dan beragamnya materi pelajaran, menyebabkan anak-anak tersebut harus menyesuaikan diri dengan teman-teman sekelasnya dalam menyelesaikan studi di suatu jenjang pendidikan. Memang pada sekolah tertentu sudah ada wadah bagi siswa yang menonjol dengan menyediakan kelas unggul, tetapi selain jumlahnya masih terbatas, juga tidak menghilangkan padat dan beragamnya materi pelajaran. Sehingga kesan menyeragamkan kemampuan tetap lebih menonjol dibandingkan mengoptimalkan kemampuan anak didik.

Kedua, setelah bermutu masih harus mampu menghadapi berbagai rasa frustrasi, keterasingan, dan menerima perlakuan kurang menyenangkan. Karena di lingkungannya, manusia bermutu yang begitu menonjol akan dianggap bahaya potensial yang akan mengacaukan keselarasan dan ketentraman yang sudah ada.

Ketiga, entah mengapa, dalam bidang pendidikan, dengan berbagai alasan, kita lebih suka melonggarkan standar penilaian untuk meluluskan siswa yang prestasinya di bawah standar minimal. Padahal kita menyadari, terlalu rendahnya standar kelulusan dapat berdampak menurunkan semangat siswa untuk berprestasi. Siswa merasa tak perlu cerdas, toh akan lulus juga.

Masyarakat, budaya dan sistem kerja kita masih belum mampu dan mau mengakui serta memberi reinforcement pada manusia yang bermutu -untuk makin bersemangat memacu motivasi berprestasi- agar dirinya menghasilkan prestasi yang berguna bagi banyak pihak. Bahkan ada kecenderungan masyarakat, budaya dan sistem kerja kita menghambat munculnya manusia-manusia prestatif. Prestasi orang lain akan menjadi ancaman serius bagi seorang pejabat atau kelompok tertentu. Sehingga sebelum orang itu memunculkan prestasinya secara mencolok, lebih baik orang tersebut ditenangkan terlebih dahulu. Akibatnya yang segera dapat dirasakan adalah dilempar ke tempat lain, ke suatu tempat dimana aktualisasi diri semakin sulit diwujudkan. Ada saja alasan yang dikemukan berkaitan dengan mutasi tersebut. Sering kita dengar di banyak institusi, seorang pejabat yang memiliki prestasi luar biasa, namun tiba-tiba dimutasikan ke tempat lain yang selanjutnya tak memperlihatkan prestasi apapun.

Kalau begitu bagaimana caranya agar manusia bermutu tetap mampu berkarya dalam kondisi yang tidak kondusif seperti ini? Dalam masyarakat kita usahakan jangan terlalu menonjolkan prestasi secara berlebihan. Kondisi kita belum memungkinkan dihargainya orang prestatif. Tetaplah low profile. Manusia bermutu perlu mengeluarkan kualitas dirinya selapis demi selapis. Berprestasilah selapis lebih tinggi dari dari anggota kelompok lainnya. Setelah itu berhentilah sejenak dan angkatlah anggota kelompok agar kualitas prestasinya menyamai diri anda. Setelah mereka sama dengan anda, tingkatkan prestasi anda selapis lebih tinggi lagi, begitulah seterusnya. Karena berani menonjolkan prestasi secara berlebihan dan terlalu tinggi ternyata mengundang resiko.

Oleh karena itu, merupakan hal yang wajar kalau teman-teman yang sewaktu kuliah di luar negeri atau di tempat yang lebih maju begitu berprestasi dan berkualitas, sekembalinya ke daerah asal menjadi biasa-biasa saja. Sayang memang, tetapi itulah kondisi masyarakat, budaya dan sistem kita dalam menyikapi sumberdaya manusia yang bermutu.Di satu pihak kita berjuang untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia, dilain pihak masih banyak kondisi dan situasi yang justru menghambat lahirnya manusia bermutu. ***

Dikutip tanpa permisi oleh wisnu sujianto

No comments:

wisnu bergaya di arofah

wisnu bergaya di arofah
sedang bergaya sambil nunggu sore