IBADAH ITU INDAH CINTA adalah IBADAH: Ustaz Brangkat Haji

Tuesday, February 10, 2009

Ustaz Brangkat Haji



Haji

Ibadah haji tahun 2008 ini terasa sungguh nikmat seperti yang sering diceritakan oleh para jamaah haji yang baru pulang dari berhaji yang konon membawa kemabruran (?). Tanggal 10 November 2008 berangkat, baru pulang ke tanah air tanggal 20 Desember 2008 juga. Molor satu hari karena, katanya sih, sayap pesawat Garuda kepayahan karena dipakai terbang terus menerus. Meski kita makai pesawat Garuda (GIA) tapi nyataya, di badan bagian dalam pesawat ada tulisan Scandinavian Maskapai, pilotnya bule-bule lagi. Wallahu ’alam bishowab aja deh. Yang penting nyampai di Mekkah dan pulang ke tanah air dengan selamat.

Labaika Allahuma labaik. Labaika la syarikala laka labaik. Innal hamda wal ni’mata laka wal mulk ......


Melihat Masjidil Haram untuk pertama kali, muncul kekaguman akan kemegahannya. Lagi-lagi, aku tidak menyangka bisa berada di depan pintu King Abdul Aziz Masjidil Haram.

Malam yang cemerlang,

cahaya lampu merkuri yang cerlang-cemerlang,

orang-orang yang khusyuk,

larut dalam kontemplasi total.

Di langit hanya ada satu bintang

Kami yang segera dibariskan untuk segera melaksanakan thowaf umroh, berjalan seperti mukjijat. Begitu tenang dan damai. Dengan melafazkan kalimat Labaika Allohuma labaika... sebelum melewati pintu 1 (King Abdul Aziz), kami berjalan beriringan pelan-pelan memasuki Masjidil Haram melalui pintu (1) King Abdul Aziz . Aku tidak pernah berhenti beristighfar, mengingat dosaku yang menyamudra. Begitu melihat Kakbah, mata batinku terkesiap. Inilah bangunan pertama yang dibangun oleh manusia. Bangunan yang tetap bertahan dan dikagumi oleh umat muslim.

Kami turun perlahan-lahan mendekati Kakbah. Semula kami satu tetapi tidak lama kemudian hanya aku dan istriku yang berjalan beriring. Aku tidak peduli. Kami larut dalam lautan manusia yang mengagungkan asma Allah.

Labaika Allohuma labaika. Labaika lasyarikala laka labaika. Kami tercerai oleh lautan manusia. Ada hitam, ada kuning, ada putih, ada coklat, ada ... . Kami larut dalam kekhusyukan. Tiap langkah adalah maghfiroh. Tiap langkah adalah barokah. Tiap putaran adalah kemuliaan. Ya Allah ..... ampunilah hamba-Mu ini.

Kakbah harum sekali. Dari jarak 1 meter aku mencium bau harum kakbah. Mukjijat? Bukan! Sama seklai bukan. Aku melihat para asykar atau imam memercikkan parfum ke dinding Kakbah.

Istriku sempat memaksa untuk sholat sunnah di Hijr Ismail tapi aku larang karena Rasulullah tidak mencontohkannya. Ketika sampai di Rukun Yamani aku dan istriku mengusapnya, karena rasulullah mencontohkannya. Nah, ketika akan sampai di Hajar Aswat, istriku ingin menciumnya, tapi banyak orang sudah ngantri dan berebut. Insya Allah, dengan sedikit tenaga ekstra aku bisa mencarikan peluang mencium Hajar Aswat. Tapi itu zalim. Zalim itu dosa. Wajib bagi kita menjaga untuk tidak menzalimi saudara. Dengan konsep itu, aku tidak mau mencarikan peluang. Lewat aja!

Usai thowaf, kemudian kami sholat sunnah dua rakaat di belakang Makam Ibrahim. Ada sedikit halangan, tapi alhamdulillah n tidak bisa khusyuk karena diterjang orang-orang yang thowaf. Usai sholat kami menuju sumur (kran) air zam-zam untuk minum. Usai minum zam-zam kami melakukan mas’a (sai dari shofa ke marwah), Semua lancar dan mudah. Umroh kami tutup dengan tahalul. Seperti yang disyari’atkan, aku pangkas habis rambut kepalaku dengan biaya 10 real. Alhamdulillah ya Allah. Telah Engkau mudahkan perjalanan umroh hamba-Mu ini.

Aku, istriku, Pak dan Bu Warno bertahan di Masjidil Haram. Aku takut kehilangan sholat subuh. Aku ingin sholat subuh pertama kali di Tanah Suci ini di Masjidil Haram. Teman-teman seperjalanan pulang ke penginapan. Aku tidak takut tersesat. Aku percaya bahwa Allah akan menolongku.

Benar juga. Aku sholat subuh pertama di Masjidil Haram, meski harus nahan kencing karena semalaman tidak menemukan tempat untuk wudhu (cari tempat wudhu susah, jauh, dan tidak tahu e he he) dan menahan kantuk karena tidak tidur. Lelah dan ngantuk tidak perlu dirasakan. Pukul 05.30 pagi azan subuh baru berkumandang. Jam enam kurang seperempat baru dimulai sholatnya. Langit masih hitam.

Lagi-lagi di Masjidil Haram ini aku melihat kemusyrikan. Orang-orang mengusap-usap dinding Kakbah dengan tangan atau dengan kain, atau dengan apa saja khususnya di Hijir Ismail, Rukun Yamani, Hajar Aswat, Babu Multazam, lantas diciumi. Atau, ketika iqitidal sebelum sujud, melambaikan tangan kiss-bye terlebih dahulu ke Kakbah. Bah! Ini orang punya ilmu agama ndak sih!

Usai melempar jumroh aqobah, kami pulang dengan terpisah-pisah. Untungnya Bupati Sukoharjo membekali rombongan kloter SOC 15 ini dengan jaket oranye, so bisa terlihat dari jauh ... hanya campur dengan Dinas Kebersihan Arab Saudi. Geli ....

Bersambung lagi ....


Kelakuan yang tidak perlu dan tidak layak ditiru ketika berhaji

(1) Di Arofah

Jamaah haji yang berhimpun di Arofah untuk melaksanakan wukuf pada tahun 2008 ini berjumlah hampir 4 juta jiwa. Bisa dibayangkan betapa repot dan sibuknya pemerintah Arab Saudi menyaipakan prasarana dan sarana, khususnya TOILET. Ribuan toilet sudah disiapkan untuk jamaah haji. Namun demikian, masih saja terasa kurang. Kondisi yang demikian ini dimanfaatkan para setan dan sekutunya untuk membisik-bisikkan fitnah, perdebatan, pertentangan, dan akhirnya perkelahian. Untuk biasa yang tertib, masalah antri bukan perkara sulit. Akan tetapi, bagi yang merasa punya duit dan sudah merasa membayar mahal, yang keras kepala dan sulit diatur, serta yang membawa maunya sendiri, serta yang merasa memiliki keberanian atau pamer kekuatan, masalah antri adalah masalah besar. Akibatnya, banyak jamaah yang menerobos antrian ke toilet atau mengambil makanan. Ribuan kali pemilik blog ini mengingatkan jamaah, alhamdulillah ada yang mau diingatkan (meski menerima dengan bersungut-sungut), namun tidak sedikit yang malah memelototkan mata. Nauzubillahi min zalik! Astaghfirullah! Kualitas haji seperti ini layak dipertanyakan, bukan!


(2) Masuk ke bis (oyok-oyokan)

Baik di Mekah maupun di Arofah jamaah haji selalu berebut sehingga berjejalan dan saling sikut, saling sodok, saling menzalimi. Banyak pula alasan mereka mengapa mereka harus begitu. Yang paling banyak adalah karena takut tertinggal oleh temannya, takut tertinggal rombongannya, atau sanak saudaranya. Sebenarnya, jumlah bis yang disediakan oleh pemerintah RI sudah cukup memadai. Namun, budaya antri memang masih belum diterapkan di masyarakat Indonesia, sehingga bis yang di belakang banyak yang kosong.


(3) Mengatur shof di mesjid

Tidak jarang para asykar di Masjidil Haram atau mesjid-mesjid lainnya di Tanah Haram yang memberi pengarahan kepada para jamaah haji, tidak terkecuali jamaah haji dari Indonesia. Tidak jarang pula, pemilik blog ini membantu para asykar untuk mengingatkan jamaah haji perempuan dari Indonesia untuk menempati shof paling belakang sesuai dengan sunnah Nabiullah saw. Akan tetapi, dengan berbagai dalih para jamaah haji perempuan, tidak terkecuali dari Indonesia, yang menolak pindah. Ada satu pertanyaan yang sering dilontarkan oleh para asykar (yang kira-kira diindonesiakan) “Ibu mencari keutamaan atau mencari dosa?” Namun, karena disampaikan dalam bahasa Arab, jamaah haji kita hanya melongo dan tetap tidak mau mencari pahala yang utama. Bahkan salah satu mesjid di Al Aziziah berkali-kali mengingatkan bahwa tidak ada kewajiban bagi perempuan untuk sholat di mesjid. Akan tetapi, pernyataan ini pun tidak digubris karena (lagi-lagi) disampaikan dalam bahasa Arab. Wah!


(4) Selalu Mengeluh

Mungkin ini sudah bawaan dari lair ya ... Perilaku jamaah haji dari Indonesia dikenal paling banyak mengeluh. Mulai dari soal makan dan menu makanan, penginapan, jarak dari penginapan ke Masjidil Haram sampai masalah transportasi. Khusus untuk makan, meskipun komplain, tetap saja makanan yang disediakan ludes. Bahkan tidak jarang, seseorang mengambil jatah makanan untuk 4 orang sekaligus untuk dimakan sendiri.


(5) Meniru

Perilaku lain yang tidak layak ditiru adalah meniru jamaah haji dari negara lain, seperti Bangladesh, Turki, Pakistan, dan negara-negara Afrika yang tidak mengamalkan sunnah Rasulullah saw., khususnya lewat di depan orang yang sedang sholat.


(6) Mencurigai orang!

Jangan mencurigai seseorang secara berlebihan. Penulis berkali-kali harus memendam kecewa karena gagal menolong orang yang jelas-jelas membutuhkan pertolongan (karena tersesat, tertinggal oleh rombongannya, atau tidak tahu arah toilet). Orang-orang ini bawaannya curiga melulu. Memang, pada waktu itu penulis tidak membawa identitas haji (tas paspor). Yakh, awak lagi apes aja he he he.Panitia di daerah sudah seharusnya mengingatkan bahwa di mana pun pasti ada orang jahat, tetapi juga harus diingatkan bahwa di mana pun pasti ada orang baik. Berhati-hati itu memang harus, tetapi kalau mencurigai orang?


(7) Belajar jadi orang modern.

Jamaah haji dari Indonesia kebanyakan berasal dari daerah yang belum tersentuh teknologi modern. Sementara itu, Arab Saudi yang merupakan anak asuh Amerika Serikat seluruh teknologinya sudah sangat maju. Belum lagi pada tahun 2011 nanti transportasi satu-satunya bagi jamaah adalah mono-rail. Bisa dibayangkan betapa gagapnya jamaah haji dari Indonesia. Oleh karena itu, IPHI di daerah sudah sepantasnya menyelipkan acara city-tour untuk mencobai elevator, pintu otomatis, kompor gas, dan lain-lain! Penulis berkali-kali membantu orang untuk naik-turun elevator, bahkan ada yang sempat bergulingan. Kacian deh lu!


(8) Tidak Taat dan Tidak Disiplin

Perbuatan memalukan lain adalah tidak taat. Ketika di pesawat pramugari berkali-kali harus mengingatkan untuk duduk manis di tempat dan tidak menghidupkan handphone serta menggunakan toilet ketika pesawat sedang terbang. Ini benar-benar memalukan. Bener-bener ndesit! Untungnya saja, tidak ada yang merokok. Wah, betapa memalukannya jika ada yang merokok.Demikian pula ketika berada di mesjid di Tanah Haram. Penggunaan air di Tanah Suci ini harus benar-benar dikendalikan. Air sangat mahal. Tetapi bagaimana dengan jamaah haji dari Indonesia?Untuk sementara ini dulu dah!


(9) Merokok di mana pun tempat adalah wajah hajji dari Indonesia. Mereka tidak peduli apakah asap yang mereka hirup menyakiti orang lain atau tidak, mereka tidak peduli merokok itu haram, atau bahkan mereka tidak peduli bahwa Kanjeng Nabi tidak merokok dan mereka datang ke Tanah Suci untuk mengikuti jejak dan perilaku Rasulullah saw. Sungguh, ini adalah contoh orang-orang yang fasik. Ditambah lagi, mereka merokok di [pinggir-pinggir jalan sambil ngrumpi, yang jelas-jelas menabrak sunnah Rasulullah. Lantas bagaimana kemabruran yang mereka harap dan banggakan?


Bersambung ....

No comments:

wisnu bergaya di arofah

wisnu bergaya di arofah
sedang bergaya sambil nunggu sore