DEMAM SERTIVIKASI GURU

Sertivikasi seakan-akan menjawab mimpi yang selama ini ditanam, dipupuk, digantungkan di awan tinggi oleh para guru yang merasa telah memberikan segala-galanya kepada negara dan bangsa ini dan selama ini merasa tidak pernah diperhatikan oleh pemerintah. Pahlawan tanpa tanda jasa telah menjadi jargon usang. artinya kalau tidak makan ya kelaparan. oleh karena itu, ide sertivikasi pun disambut dengan sangat eforia.

Pahlawan tanpa tanda jasa yang melambangkan sifat dan sikap ikhlas tidak lagi perlu dipertahankan, apalagi sekarang kita membutuhkan kendaraan (sepeda motor, mobil carry), dan (rumah tipe RSS): kreditan. Para guru saling berebut rejeki yang dijatuhkan dari langit dengan berbagai sikap dan sifat.

lagi-lagi, sifat dan sikap. guru juga manusia. Penulis juga seorang guru yang mengikhlaskan diri dan memasrahkan pada nasib menjadi guru (yang memang berisiko miskin alias hidup serba pas-pasan). sertivikasi pun diikuti dengan berbagai tindakan tercela dan memandang para asesor tidak mengetahui guru yang "ndugangi" sertifikat dan piagam penghargaan, naskah dan piagam seminar, laporan-laporan fiktif, kegiatan-kegiatan yang tiba-tiba ada. saling serobot dan saling pinjam menjadi bukan lagi fenomena. Para guru merasa bisa memecundangi para asesor yang telah dipilih dan ditentukan di bawah sumpah: bahwa yang digunakan untuk membayar orang-orang yang lolos sertivikasi adalah uang dari tetsan keringat rakyat.

astaghfirullah! Ya Allah ampunilah jiwa-jiwa yang kosong dari nubuat-Mu. ampuni raga-raga yang membutuhkan kekayaan dan kesejahteraan semu ini! ingatkan mereka untuk tidak membuat dosa sehingga bumi menjadi murka, langit meyimpan duka dan amarah. Ya, Allah, ya Robb, ampunilah manusia yang selalu berani menantangmu!